Pada 10 April 2021 pukul 14:00 WIB telah terjadi gempa di perairan selatan Kabupaten Malang. Gempa tersebut berkekuatan 6.1 Skala Richteer. Gempa tersebut memiliki spektrum guncangan yang luas hingga dirasakan pada beberapa kota disekitar pulau Jawa – Bali. Luasnya wilayah yang terpapar ini dipengaruhi oleh hiposenter gempa yang cukup dalam hingga kedalaman 25 km.
Berdasarkan informasi dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) gempa yang terjadi di selatan Kabupaten Malang tidak berpotensi tsunami. Alert mode konfirmasi tidak adanya potensi tsunami mampu ditangkap hanya dalam waktu kurang dari 4 menit sejak data terjadinya gempa diterima. Alert mode tersebut dikeluarkan secara otomatis oleh Buoy Malang yang baru saja diluncurkan oleh PT PAL Indonesia (Persero) dan BPPT RI.
Sejak dilakukan deployment pada 9 Maret 2021 yang bertepatan dengan Rakernas BPPT RI, Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS) berbentuk buoy yang ditempatkan di perairan Sumber Manjing Kabupaten Malang telah terbukti beroperasi secara optimal dengan mengirimkan data potensi gempa pada saat bencana gempa 10 April 2021 terjadi. Hal tersebut menandakan keberhasilan PT PAL Indonesia (Persero) di dalam menjawab tantangan dari BPPT RI untuk melaksanakan program pembangunan INA-TEWS dalam skala industri di dalam negeri. Program ini bertujuan untuk mewujudkan kapasitas industri di dalam negeri agar ke depan Indonesia dapat membangun sistem peringatan dini tsunami secara lebih mandiri. Direncanakan akan ditempatkan 11 unit INA-TEWS yang berlokasi di: Selat Sunda, Gunung Anak Krakatau, perairan selatan Bali, perairan Gunung Sitoli, selatan Cilacap, perairan Bengkulu, perairan utara Papua, perairan utara Sorong, perairan Sangir Talaud, Maluku Utara, dan di selatan Malang.
Ina-TEWS merupakan kolaborasi inovasi teknologi di bidang teknologi kebencanaan antara BPPT RI dan PT PAL Indonesia (Persero). Keberhasilan pembangunan tersebut tidak terlepas dari pengalaman panjang PT PAL Indonesia (Persero) dalam pengembangan bangunan apung dan bejana bertekanan (pressure vessel). Peran PT PAL Indonesia (Persero) tidak lepas hanya dari proses pembangunan, namun saat deployment INA – TEWS. Dalam kesempatan tersebut PT PAL Indonesia (Persero) mengirimkan dua tenaga ahli.
INA-TEWS memiliki dua sistem pemantauan, yang pertama adalah sistem pemantauan darat yang terdiri dari jaringan seismometer broadband dan GPS. Yang kedua, terdiri dari sistem pemantauan laut (sea monitoring system) yang terdiri atas Buoy, tide gauge dan CCTV. Dengan adanya Ina-TEWS tersebut dapat menggunakan perangkat Decision Support System (DSS) untuk menentukan adanya risiko tsunami setelah gempa. Ina-TEWS dan BMKG mampu menerbitkan berita peringatan dini tsunami dengan terverifikasinya data yang dikeluarkan dalam kurun waktu lima menit setelah gempa bumi terjadi yang kemudian diikuti oleh beberapa kali berita ancaman tsunami berakhir. Berita peringatan dini berisi tingkat ancaman tsunami untuk wilayah dengan status “Awas”, “Siaga”, hingga “Waspada”.
INA-TEWS mendeteksi gelombang tsunami
melalui sensor yang tertanam dalam buoy.
Sensor tersebut mengirimkan sinyal
pada saat terjadi perubahan ketinggian air laut dengan sinyal yang terdeteksi dalam satelit yang diteruskan
ke pusat di darat hingga data tersebut diolah kembali hingga data tersebut dapat digunakan. Data yang ditangkap oleh
sensor tersebut dikirimkan melalui stasiun pemantauan di darat.
INA-TEWS menjadi bukti terjalinnya kerjasama sinergis antara BPPT RI dan PT PAL Indonesia (Persero) sebagai leader hilirisasi industri. Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden (PerPres) No 93 Tahun 2019 tentang Penguatan dan Pengembangan Sistem Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami. Kemitraan strategis yang terjalin antara PT PAL Indonesia dengan BPPT RI sebagai wujud kemandirian bangsa dan kehandalan dalam mengelola dan memanfaatkan sistem informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami.