Medio Mei 2017 ketika mentari pagi menyapa di horizon timur, Kapal kedua Strategic Sealift Vessel (SSV 123) meter bernama BRP Davao Del Sur-602 yang akan diserahkan kepada Departemen Pertahanan Nasional (DND) Filipina meninggalkan tempat kelahirannya PT PAL Indonesia (Persero) di Dermaga Ujung Surabaya untuk berlayar selama lima hari mengarungi Laut Jawa, kemudian menyusuri Selat Makassar, memasuki Laut Sulawesi dan Laut Sulu sebelum berlabuh di pangkalannya kelak di Manila, Filipina. Sebelumnya di tahun 2016 PT PAL Indonesia (Persero) telah melakukan delivery kapal serupa yang diberi nama BRP Tarlac-601 oleh DND Filipina. BRP Davao Del Sur-602 di-delivery kepada DND Filipina untuk dioperasikan oleh Angkatan Laut Filipina dalam seremoni yang dilaksanakan pada 31 Mei 2017.
PT PAL Indonesia (Persero) merupakan galangan kapal terbesar di Indonesia yang memiliki salah satu portofolio bisnis technology development. Aplikasi dari technology development tersebut menjadikan PT PAL Indonesia (Persero) memiliki kemampuan desain utuh kapal secara mandiri. Salah satunya adalah SSV 123 meter yang paten desainnya telah diakui sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) PT PAL Indonesia (Persero) meliputi Principal Dimension, Lines Plan, dan Ship Drawing. Paten desain tersebut dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan nomor paten IDP000054364 pada 1 November 2018 dan berlaku hingga 11 Oktober 2033.
Sehubungan dengan Hak Paten tersebut, mengingat pada Pasal 142 Jo. Pasal 143 UU No 13 Tahun 2016 Tentang Paten, PT PAL Indonesia (Persero) selaku Pemegang Hak Paten memiliki Hak Keperdataan untuk mengajukan Gugatan Ganti Rugi ke Pengadilan Niaga Terkait, Selanjutnya, berdasarkan Pasal 160 Jo. Pasal 161 Jo. Pasal 162 Jo. Pasal 163 Jo, Pasal 164 UU No. 13 Tahun 2016 yang secara garis besar melarang setiap orang yang tanpa persetujuan PT PAL Indonesia (Persero) selaku Pemegang Hak Atas Paten untuk membuat, menggunakan, menjual,mengimpor, menyewakan, menyerahkan atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk-produk yang diberi Paten untuk dalam hal Paten-Produk serta dilarang menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat barang atau tindakan lainnya.
SSV 123 meter memiliki fungsi asasi sebagai kapal pendukung atau support dalam pelaksanaan operasi militer. Dalam strategi peperangan laut modern kapal SSV memiliki nilai strategis karena mampu menghadirkan efek kejut atau pendadakan strategis terhadap musuh melalui kapabilitasnya untuk menerjunkan pasukan pendarat tempur secara cepat dan masif di pantai garis depan musuh. Kapal tersebut nature-nya merupakan kapal pendukung Operasi Militer Perang / Military Operation War (OMP/MOW), pada masa damai kapal tersebut dapat difungsikan dalam Operasi Militer Selain Perang / Military Operation Other Than War (OMSP/MOOTW). Dalam misi OMSP, Kapal SSV dapat melaksanakan tugas operasi membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan serta membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue). Tidak terbatas pada scope tersebut, Kapal SSV juga memiliki tugas pelaksanaan misi naval diplomacy.
Kapal SSV memiliki spesifikasi panjang 123 meter, lebar 21,8 meter, bobot 7200 ton dan kecepatan maksimal 16 knots. Kapal SSV mampu mengangkut maksimal 621 personel dan 12 unit kendaraan militer, serta mengakomodasi 3 helikopter. Masing-masing dilengkapi dengan dua unit wahana pendarat (LCU) 23 meter untuk menerjunkan pasukan pendarat tempur di wilayah pantai musuh dan 2 unit Rigid Hull Inflatable Boats (RHIB) untuk melaksanakan misi strategis anti terorisme laut dan inspeksi. Jangkauan operasi kapal tersebut minimal 7.500 mil laut. Saat ini kedua SSV yang dioperasikan oleh Angkatan Laut Filipina merupakan kapal support terbesar dan tercanggih yang dimiliki.
Kapal pertama BRP Tarlac-601 dikirim pada tahun 2016 dan diikuti oleh kapal kedua BRP Davao Del Sur-602 satu tahun kemudian. Kedua kapal SSV tersebut segera mengikuti misi operasi tempur untuk memberantas pemberontakan dan terorisme di Filipina Selatan yang berfungsi kapal komando sekaligus kapal penerjun pasukan pendarat tempur untuk melaksanakan serangan pendadakan strategis terhadap basis pemberontak dan teroris. Dengan hadirnya kedua kapal SSV, operasi berjalan semakin efektif dan efisien. Selain digunakan untuk misi operasi tempur maupun non tempur di dalam negeri, BRP Tarlac-601 pada bulan September-Oktober 2018 menjalani kunjungan ke Pangkalan Armada Pasifik Rusia di Vladivostok. Kunjungan tersebut merupakan bagian dari fungsi Naval Diplomacy dan menunjukan performa kapal SSV tersebut.. Betapa tidak, untuk menuju Vladivostok, kapal mengarungi wilayah yang memiliki tensi tinggi, yaitu perairan Laut Tiongkok Selatan dan Asia Timur, serta mengarungi Samudera Pasifik Utara di musim dingin. Setahun kemudian giliran BRP Davao Del Sur-602 mengikuti Russian Navy Day di Rusia pada bulan Juli, kapal tersebut bertolak kembali ke Filipina dari Vladivostok pada bulan Agustus di tahun yang sama.
Tidak hanya mengarungi samudera menuju belahan bumi utara, BRP Davao Del Sur-602 juga melakukan pelayaran lintas Samudera Pasifik secara prima untuk mengikuti latihan militer Matra Laut terbesar di dunia RIMPAC 2018 di Hawai, Amerika Serikat. Bergabung dengan kapal-kapal kombatan dari seluruh dunia termasuk Indonesia, BRP Davao Del Sur-602 menunjukkan performa prima dan merepresentasikan national pride masyarakat Filipina.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Pertahanan RI, Menteri Pertahanan Nasional Filipina Delfin Negrillo Lorenzana saat bertemu dengan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto pada acara ASEAN Defense Ministers Meeting (AADM) 16 November 2019 yang lalu di Bangkok menyatakan apresiasi dan kepuasan Filipina selama mengoperasikan produk kapal perang jenis SSV yang dibuat oleh industri galangan kapal nasional Indonesia PT PAL Indonesia (Persero).
Reputasi Kapal SSV produksi PT PAL Indonesia (Persero) yang semakin mendunia menarik minat banyak negara. Beberapa negara mengajukan penawaran dengan spesifikasi kebutuhannya. Malaysia misalnya, menyebut SSV dengan Multi Role Support Ship (MRSS) dengan spesifikasi panjang 163 meter. Sementara Uni Emirat Arab (UEA) melakukan penjajakan untuk pengadaan LPD 163 meter. Senegal, sebuah negara di Kawasan Afrika Barat juga menaruh minat pada Kapal LPD produksi PT PAL Indonesia (Persero). Selain beberapa negara di atas, Pemerintah Filipina yang sangat puas dengan performa SSV-nya berencana untuk memesan dua buah kapal SSV lagi dari PT PAL Indonesia (Persero) untuk memperkuat Angkatan Lautnya.
Disiapkan oleh: Departemen Humas PT PAL Indonesia (Persero).