Surabaya, 22 Juli 2020. PT PAL Indonesia (Persero) sebagai BUMN perusahaan galangan nasional memiliki rekam jejak kontribusi terhadap Bangsa dan Negara. Dalam perjalanannya PT PAL Indonesia (Persero) selalu berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi Bangsa dan Negara, dinamika situasi ekonomi nasional dan global turut berkontribusi pada pencapaian PT PAL Indonesia (Persero) dari masa ke masa.
Pada tahun 2004 kontrak terbesar PT PAL Indonesia (Persero) berasal dari proyek-proyek kapal niaga, selain proyek kapal perang sebesar Rp1.827 miliar seperti yang terjadi pada periode tahun 2004. Produk kapal yang saat itu menjadi keunggulan PT PAL Indonesia (Persero) adalah Tug Boat, Kapal Penumpang hingga 500 Pax, Kapal Bulk Carrier 50.000 DWT (Star 50), Kapal Tanker 30.000 LTDW, dan Kapal Tanker 17.500 LTDW dan kapal perang FPB 57. Namun mulai tahun 2005 nilai kontrak yang didapatkan oleh PT PAL Indonesia (Persero) mulai mengalami penurunan hingga puncaknya pada tahun 2009. Pada periode 2008 dunia mengalami krisis ekonomi global, krisis tersebut berimbas pada nilai kontrak PT PAL Indonesia (Persero) yang hanya membukukan nilai Rp.9 miliar. Pada masa tersebut PT PAL Indonesia (Persero) hingga tahun 2018 mengalami kerugian yang dipengaruhi oleh beban bunga pinjaman restrukturisasi yang diakibatkan oleh pinjaman di tahun 2005 hingga 2010, di mana pembiayaan tersebut menjadi bermasalah akibat proyek terminasi pada kontrak kapal yang diperoleh di antara tahun tersebut.
Dampak krisis global masih terasa hingga tahun 2012 dan puncaknya pada tahun 2013. Namun sejalan dengan membaiknya situasi ekonomi nasional dan global serta kinerja PT PAL Indonesia (Persero), mulai tahun 2014 perolehan kontrak mulai membaik. Kinerja positif PT PAL Indonesia (Persero) secara konsisten dan stabil ditandai dengan perolehan kontrak yang meningkat secara konsisten mulai tahun 2017 hingga saat ini. Kinerja PT PAL Indonesia (Persero) mengalami peningkatan secara signifikan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Hal tersebut ditunjukan dengan kenaikan dalam perolehan order atau kontrak yang tercatat di tahun 2017 sebesar Rp1,8 triliun, meningkat menjadi Rp3,1 triliun di tahun 2018 dan Rp4,1 triliun di tahun 2018, serta Rp5,8 triliun di tahun 2019. Hal tersebut menunjukan keseriusan dan komitmen manajemen dalam pemenuhan on quality, on time, dan right price terhadap produk dan jasa perusahaan. Keberhasilan tersebut ditunjang dengan strategi pengembangan produk unggulan dan pasar yang lebih berorientasi pada customer, serta dukungan restrukturisasi di bidang finansial dan teknologi informasi. Disamping itu, manajemen juga secara aktif merevitalisasi sarana dan prasarana, serta melakukan transformasi di bidang human capital.
PT PAL Indonesia (Persero) sesuai dengan Kep KKIP No: KEP/15/KKIP/XII/2013 ditugaskan untuk membangun kapal selam (kasel) ketiga dan Transfer of Technology (ToT) dengan DSME Korea Selatan. Pembangunan dan ToT/ On Job Training (OJT) 206 personel SDM kasel dilakukan dengan investasi Penyertaan Modal Negara (PMN) kapal selam senilai Rp1,5 Triliun (dari pengajuan awal Rp2,5 Triliun). Selain ToT/OJT dana PMN digunakan untuk pembangunan Fasilitas Kapal Selam (Faskasel) yang memiliki kemampuan pembangunan dan pemeliharaan hingga tahapan overhaul. Saat ini PT PAL Indonesia (Persero) telah memiliki kapabilitas secara utuh sebagai galangan yang memiliki kemampuan pembangunan dan pemeliharaan kasel. Pada Juni – Juli 2020 terdapat momen istimewa karena di saat yang bersamaan 3 unit kasel berada di PT PAL Indonesia (Persero). Satu Kasel Nagapasa Class menjalani proyek pemeliharaan menengah (harmen, kedua kasel Alugoro yang dibangun di PT PAL Indonesia (Persero) masih dalam proses sea trial dan saat ini berada di dermaga Kasel, dan ketiga KRI Cakra-401 yang sedang menjalani program overhaul di hangar Fasilitas Kapal Selam (Faskasel) PT PAL Indonesia (Persero).
Peningkatan perolehan kontrak selama tiga tahun terakhir didominasi oleh pengadaan Alutsista seperti Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 meter batch kedua dan ketiga, Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) pertama, Kapal Landing Platform Dock (LPD), dan lainnya. selain kontrak Alutsista, juga terdapat kontrak produk non-Alutsista seperti Dual Fuel BMPP 150 MW dan kontrak-kontrak pemeliharaan dan perbaikan.
Kinerja positif perolehan kontrak di atas selama tiga tahun terakhir berdampak positif bagi PT PAL Indonesia (Persero) sehingga dapat membukukan laba bersih tahun berjalan 2019 sebesar Rp95,28 miliar. Dapat disimpulkan saat ini PT PAL Indonesia (Persero) memiliki kelangsungan usaha (going concern) yang sangat baik termasuk pada pembukuan laba bersih tahun 2019, sehingga memberikan jaminan dan keyakinan bahwa PT PAL Indonesia (Persero) mampu membiayai pelaksanaan proyek dengan baik serta menyelesaikannya secara tepat waktu, tepat mutu, dan tepat guna.
Disiapkan oleh: Departemen Humas PT PAL Indonesia (Persero).